Home » Bidadari kecil itu tak pernah sendiri Home » Bidadari kecil itu tak pernah sendiri

Bidadari kecil itu tak pernah sendiri

Thursday, February 10, 2011
Matanya bulat, cantik dan jernih seolah tak berdosa. Tawanya pun lepas,sehingga
menambah keceriaan di wajah. Usianya memang telah dewasa, namun ia berprilaku bagaikan
balita yang polos dan tak banyak meminta. Kelembutan yang terpancar dari jiwa, juga telah menghapus
kesempatannya untuk nakal dan berbuat dosa.


Ia adikku, Dian namanya. Limpahan karunia Allah subhanahu wata'ala, menjadikan dirinya ditakdirkan
terlahir dengan keterbelakangan mental. Chromosome 15 Trisomy Syndrome yang diderita membuatnya bagaikan seorang kanak-kanak. Namun, tak pernah sekalipun ia terlihat menyesali nasibnya.


Dian memeng anak istimewa. Selain cacat mental, menjelang akhir hayatnya ia juga menderita sakit ginjal,
diabetes, kelainan jantung, lalu lumpuh dan bisu. Bahkan beberapa hari sebelum maut menjemput, kebutaan merampas penglihatannya. Tangis ketakuan yang kekanak-kanakan, akan memebuat siapapi yang mendengar giris hatinya.


"Ma......ma... aku takut, gelap ma. Mama disini sama aku ya ma".terdengar rengekannya yang pernah membuat air mata mamaku tumpah.Beliau lalu mengajak Dian berdzikir dan membaca do'a do'a.


Apa yang di derita Dian pernah memebuatku dan saudara saudara yang lain berburuk sangka kepada-Nya, "Ya Allah, mengapa Engkau timpakan penderitaan sepedih ini kepeda adik kami?"
pertanyaan itu sering kali menyeruak, dan bertubi tubi manghujani hati ini.


Kami pun pernah sedih karena memikirkan Dian yang tak pernah hidup normal seperti layaknya saudara saudaranya yang lain. Tumbuh dewasa, menikah, lantas merasakan kebahagiaan berumah tangga. namun, bukankah Allah Yang Maha Pencipta tentu lebih tahu segalanya.
mungkin IA hanya tersenyum bijaksana melihat kesalahpahaman kami semua.

Dian memang cacat fisik dan mental, tapi tidak hatinya. Tubuh yang penuh tutulan obat merah dan perban karena koreng bernanah, bahkan sebagian hidupnya yang harus di jalani dengan kursi roda, Tak mampu menutupi keistimewaan yang ada pada dirinya.

Suatu peristiwa saat ia berusia 5 tahun, menampilkan sosok jiwanya yang begitu lembut. Ia tak pernah tega walaupun terhadap semut semut yang mengerubungi piring nasinya. Ia hanya menjerit-jerit,"Ma...nyamut,nyamut ma", karena saat itu ia tidak bisa membedakan antara nyamuk dan semut.

Lalu aku yang saat itu mendengar tergopoh-gopoh menghampirinya, "Jangan menangis Dian, ini kan cuma semut. pukul saja, ntar juga semutnya pergi""Lalau kuusir semut semut itu, dengan tepukan tangan di atas lantai teras depan rumah kami.

Allah Yang Maha pengasih sangat mencintai dian. Betapa tidak? Kelahirannya disambut dengan penuh kebahagiaan, dan kematiannya di usia 30 tahun adalah peristiwa terindah yang pernah kudengar.

Ketika itu, menjelang malaikat maut hendak menjemput, Mama ku meminta Dian untuk selalu mengingat Allah Subhanahu wata'ala sambil membelai-belai kepalanya, "Dian, nyebut ya sayang,Ya Allah.. gitu nak.Ya Allah..Allahu akbar!"Lalu mama memabaca surah Yaa siin di pinggir tempat tidur, sedangkan bapak melakukan sholat ashar, tak jauh dari sisi tempat tidur Dian.

Lidah Dian mulai sulit bergerak. namun orang tuaku dengan tabah berusaha membimbingnya mengucapkan "Allahu akba,Ya Allah". Hingga suatu saat, ketika mama membisikkan kalimat itu,Dian menggenggam tangannya dengan kuat dan bergumama lirih. "Aaaaaaahhhhh....."

Air bening pun bergulir dari sudut mata dian yang telah buta.mungkin sebagai isyarat permintaan maaf, dan moho kerelaan karena sebentar lagi ia akan berpulang kepada sang pencipta.

"Pulanglah Dian ke haribaan Allah...." kata mama di sela isakan tangisan. Lalu denagn tenang Dian meninggal kami semua dengan hembusan nafas terakhirnya.

Di saat penguburan, Mama mengecup telapak tangannya sendiri kemudian melambai ke pusara Dian. "selamat jalan ,bidadari kecilku. Tunggu mama disana ya, nak"katanya serya menatap lubang peristirahatan tarakhir Dian yang mulai ditutupi tanah merah olah para sanak saudara dan sahabat.

Adikku Dian memang benar-benar anak istimewa , bahkan teristimewa di antara saudara-saudaranya. karena itu Allah Subhanahu wata'ala pun mengirim bapak pulang menyertai dian, tak lama setelah kepergiannya. Mungkin sebagai jawaban kepada bapak yang memeanh selalu merindukan anak istimewanya.

Sekarang bidadari kecil kami tidak prlu takut sendirian, karena bapak telah disana untuk menemaninya.

Dian adikku tersayang...jangan pernah untuk kembali kepada allah ya sayang. Engkau tahu,engkau tak sendirian. Mama pun selalu berkata, engkau tak akan pernah sendirian, karena do'a dan segenap cinta kami selalu bersama dirimu, adikku tercinta.

kembali kepada Allah adalah sesuatu yang indah. Bahkan termat indah dari apa yang mungkin engkau bayangkan.

selamat jalan sayang, selamat tinggal adikku teristimewa. Engkau memang bidadari yang tak pernah sendirian.


WaLlohu a'lam bi shawab.

 
by Winnie Qyute on Monday, September 28, 2009 at 6:54am
 
Winnie Qyute and 6 others like this.
Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Yahoo
Feed

Post a Comment

Jihad Al-Quran

0 comments: